air mata

kristal . .


ya , , bagiku dia adalah butiran-
butiran kristal


pelipur lara, pembasuh luka . .


saat api tlah menguasai jiwa


hanya dia yang mampu bernada


mengusir lagu kematian diri


yang tlah menyiapkan segelintir
peti

kegelapan

do'a yang kau hembuskan pada sel mati tulangku
cinta yang kau tanamkan dalam batu nisanku
gelora yang kau alirkan melalui darah hitamku

membuat mataku mulai terbelalak tak berdaya
mematuhi duka dalam tawa
mendobrak maut haru palsu sang dara
mencaci putih demi segenggam darah muda

kau nodai bibir merahku dengan tetesan asap
merombak ranum pipiku tanpa sebab
mencabik senyum tulus tanpa adab

ragaku bukan tumbal kelakuan
jiwaku bukan kabut fatamorgana
alpaku tak kan mungkin kau bawa
suciku tak kan mungkin kau simpan

pergi kau dengan gerobak murkamu
tunggangi nafsu iblis nadimu
dan tinggalkan jejak tuamu dalam pelukan hangatku

Warna Pelangi "karena kita seperti warna pelangi..."

Si warna MERAH menunggu
Ketika JINGGA mendatangi
Dan si KUNING ikut
menghampirinya
Si HIJAU pun ikut bergabung
Bersama BIRU menambah seru
Serta NILA yang meramaikan
suasana
Lalu datang juga si UNGU

Orang lain berkata,
"Mereka akan bersatu?
Jangan bercanda!
Yang MERAH terlalu mencolok
JINGGA dan KUNING tidak cocok
bersama HIJAU dan BIRU
apalagi NILA akan merusak saja
Dan yang UNGU?
Wah, tak mungkin bisa!"

Tapi mereka tetap bersama
Tak peduli kata siapa
Suka dirasa bersama
Duka dibagi rata
Seperti layaknya saudara
Dipenuhi canda tawa,

Si MERAH lalu belajar menjadi
JINGGA
Di ujung suasana duka,
Yang KUNING berubah menjadi
HIJAU
Dan BIRU yang berubah
menenangkan
NILA yang terkadang tampak
malu-malu
Dan UNGU merangkum mereka
semua

Penuh rindu
Penuh cinta
Masing-masing melepas egonya
Menerima dengan hati terbuka
Mencintai sesamanya
Merasakan bagiannya

MERAH, JINGGA, KUNING, HIJAU,
BIRU, NILA, dan UNGU
Bergabung membentuk pelangi
Lihat mereka di ujung langit sana
Berpegang teguh bersama

Saat hujan badai mereda
Siapa yang menyangka
Tujuh warna berbeda
Berubah menjadi bentuk penuh
cinta

Kemarin
Hari ini
Esok pagi
Selamanya

Semoga pelangi itu masih tetap
ada . . .

*copas . .*

kau bukan untukku

taukah engkau wahai mentari?
betapa beku kalbu ini ketika kau
pergi?

meninggalkan luka dalam diri..
menggores jantung tanpa mimpi..
menekan dada bersama mati..

sesak rasanya nafasku..
mendengar desah rindu pada
ratumu itu..
padahal kau ada di setiap
detakku..

ucapkanlah tidak pada ragaku..
katakan benci pada jiwaku..
daripada kau bisikkan janji palsu
yang tak menentu..
membuat hati melayang namun
kau jatuhkan tanpa ragu..

aku bukan boneka,
aku bukan bola,

yang bisa kau mainkan..
yang bisa kau pertandingkan..

cintaku satu . .
dan tak akan pernah ku bagi
padamu..
karna kini aku tau..
kau bukan untukku