Dug , , dug , , dug , ,
suara dentuman jantungku mulai terdengar begitu dashyat ketika itu. Pikirku pun masih bergejolak bersama batinku.
"Lya . . . ?" suara cemas itu kembali memanggilku.
Tubuhnya pun semakin tertunduk, perlahan turun dan melihat keadaanku. Tapi dasar bodoh, mataku malah ku tutup rapat serapat-rapatnya. Malu berat . . !!
"Lya . . ? Kamu kesakitan banget ya? Ya , , Lya , , ? Halloo . . . . ?"
Aku tak tega mendengarnya. Suaranya yang lembut itu semakin serak karna cemas. Kelopak mata ini pun perlahan terbuka dengan begitu hati-hati. Sosok itu ternyata sudah berjongkok tepat di hadapanku sambil melambaikan tangannya.
"Lya, maafin aku ya? Kamu gak apa-apa kan?"
"Hah , , i.. i.. iya kak. A.. a.. aku gak a.. ..apa-apa kox!" sahutku cepat namun terbata-bata.
"Sini kakak lihat dulu lutut kamu!" sambil berusaha menatihku berdiri.
Rasanya aku ingin terbang ketika itu jua. Bagaimana tidak, kedua tangan itu begitu lembut membantuku untuk berdiri dari ambrukku. Akupun hanya bisa diam, pikiranku semakin berlari dari ragaku.
"Ya ampun Ya . . Lutut kamu berdarah! Tangan kamu juga! Kakak obatin ya?" sambil memegangi kedua tanganku.
"Ah gak apa-apa kok kak! Percaya deh sama Lya!"
"Sayangnya aku gak percaya sama kamu. Coba deh kamu lihat luka kamu itu!"
Aku pun mencoba melihat beberapa luka di tangan dan lututku. Darah itu sudah mengalir tanpa ku sadari. Kaos kakikupun tiba-tiba berubah menjadi merah. Setelah sadar, aku malah merasa lemas dan hampir jatuh kembali.
Dengan cekatan sosok itu segera memegangiku, "Eh , , Lya!! Kox malah gini? Kakak bawa kamu ke ruang PA aja ya? Masalahnya kakak juga dah ditunggu disana. Nanti biar kakak bantu obatin." kecemasan kembali muncul.
"Iya kak.." suaraku semakin lirih menahan rasa sakit.
Padahal tadi tak terasa perih sama sekali. Aku pun mencoba berjalan sendiri. Namun kaki kiriku tak dapat berjalan dengan baik.
Melihatku seperti itu, tiba-tiba tangan kananku dipegangnya dan kemudian di taruhnya pada pundak kanannya. Aku pun ditatih berjalan olehnya. Kalau di sinetron-sinetron pasti sudah di tambah efek angin + lagu romantis nie. Hhehe
***
"Gimana, kamu dah baikkan? Maaf tadi kakak tinggal bentar. Kakak nemuin Toufiq dulu. And, dia ngampunin kamu kok atas ketidak hadiranmu di pertemuan OSIS tadi."
"Udah kok kak! Aku dah baikan." sambil mengeluarkan senyum termanis yang aku punya.
"Oiya,, sekarang kamu ada jam ya? Jamnya siapa?"
"Jamnya Bu Winda kak. Tapi tadi aku dah nitip ijin sama Dito kok. Khan tadi dia juga ada disini."
"Iya juga ya? Di ekskul nie khan ada anak kelas X-B juga. Kok bisa lupa aku ini." diiringi dengan senyum tulusnya.
"Dasar kakak! Udah pikun ya?" ledekku sambil tertawa simpul.
"Iya nie. Makin berumur makin tak karuan. Ya sudahlah, sekarang kamu istirahat aja dulu disini. Tapi kakak tinggal gak masalah khan? Gak enak sama Pak Dodi. Kakak dah terlalu sering absen. Kakak tinggal dulu ya?" berdiri dari duduknya dan mulai berjalan pergi.
"Kak Rama!" panggilku tiba-tiba.
Kak Rama pun berhenti sejenak dan menengok kembali ke belakang, "Iya ada ap?"
"Makasih ya kak?"
Kak Rama pun menjawabnya dengan senyum keramahan. Dan lanjut berjalan santai. Namun kemudian berhenti sejenak dan mengubah arah jalannya.
"Kakak juga minta maaf ya? Karna kakak kamu jadi kayak gini sekarang." meletakkan tangan kanannya di atas kepalaku sambil mengusap-usap lembut.
"Dan maaf juga karna harus ninggalin kamu disini sendirian. Biar enakan kamu tidur aja yah?"
"Iya kak . . "
Kak Rama pun benar-benar pergì dan menghilang di balik pintu. Aku pun kemudian terbuai kantuk yang menepuk punggung. Hampir tertidur aku ketika itu. Sebelum , ,
"Lya . . . !!" suara Tiara yang tiba-tiba datang dan mengagetkanku.
"Tiara . . . . !! Jantungku hampir copot nie!" teriakku kesal.
"Aduh , , ampun putri Lya. Jangan hukum hamba." canda Tiara sambil ber-akting ria.
"Enak ya bisa tiduran disini? Eh, tangan + kaki kamu kok jadi gak mulus lagi Ya? Tapi enak tu , , ito ditabrak + ditolong sama Mr. R." goda si 'ubi' (Tiara).
"Hustt,, jangan keras-keras!"
〔siapa Rama/Mr. R sebenarnya?〕
-bersambung-