Hitam Putih part 07

Gelap..



Aku merasakan sedikit gunjangan di sekitarku. Seperti terayun dan berguncang. Dengan kekuatan yang hampir hilang pun ku paksakan membuka kedua kelopak mataku. Sedikit remang, ku lihat dada yang begitu lapang dan gagah. Aku sedang dibopong seseorang. Ya, dalam bopongan seorang laki-laki tepatnya. Namun siapa dia?



Ku fokuskan kembali pandangan ini, terlihat suatu yang tertulis dikaos birunya itu. Di dada sebelah kiri, sedikit jauh dari keberadaan kepalaku. Agak jelas ku lihat huruf ‘R’ disana. ‘R’ siapa…..? Aku semakin ingin melihat dan memberontak untuk sedikit bangkit. Namun sayup-sayup aku mendengar suara dari pemilik kaos biru berinisial ‘R’ itu.



“Tenang, sebentar lagi kita sudah sampai di UKS.”



Apa?? UKS? Kenapa aku akan dibawa kesana? Tapi kepalaku terasa semakin menjadi. Pusing! Bahkan mungkin amat sangat pusing. Bagaikan dihantam jutaan karang besar yang tajam.



“Auw, ahh…sakit…!!” keluhku yang sedikit terdengar histeris.



“Hey, kenapa? Kenapa………?”



Aku berusaha memandang wajah si ‘R’ itu, wajah yang mungkin saja sedang melihat wajah dan juga mimik kesakitan yang menyelimutiku. Semakin ku fokuskan pandanganku, semakin menancp pula karang-karang siksaan itu.



“Kamu kenapa?? Tenanglah, aku akan menolongmu. Tim medis akan menanganimu di UKS. Kau akan ba……………..”



Ucapannya teriang di otakku. Dan semua kini makin berputar dahsyat mengobrak abrik pikiranku. Dan akupun merasa melayang saat itu juga. Sebelum laki-laki itu selesai dengan ucapannya.

Semua kembali, gelap.



*************



Jemari tangan kananku begitu hangat. Walaupun dingin begitu terasa menyelimuti kulitku yang putih langsat. Rasanya aku ingin mencengkram jemari itu. Jemari yang menggenggam tanganku. Dan ketika jemariku berhasil merespon kehangatan itu, ada sebuah bisikan yang mulai mengusik telingaku.



“Lya..Lya..!! Kak, Lya sudah sadar!” suara itu tehenti mengatur nafas “Sabar ya Ya…? Aku akan ada di dekatmu. Kamu kuat ya?”



Tak lama setelah itu



“Biar saya periksa dulu ya? Sekarang adik tunggu di luar saja. Kalau banyak orang takutnya dia akan merasa pengap.”



“Iya kak..”



Ada sesuatu yang dingin melekat di tubuhku. Memeriksa detak jantung yang belum pernah mogok bekerja selama ini. Begitu dingin rasanya hingga aku mulai sadar dari kegelapan dan melihat pancaran cahaya dari sela-sela tirai penyekat.

Aku melihat sosok dengan seragam putih kebesarannya dan dua orang muda memakai kaos hijau menenangkan. Mereka memeriksa keadaanku. Kenapa..? Tapi bukankah aku juga telah terbiasa dengan ini?



“Adik, boleh saya menanyakan sesuatu?” seorang berseraham putih itu bertanya padaku. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan kecil.



“Adik, sering seperti ini sebelumnya?”



Ah, selalu saja sama. Setiap ada seorang baru yang memeriksaku pertanyaannya selalu saja sama.



“Berapa lama kah saya pinsan?”



“Cukup lama, tiga jam kamu disini.”



“Jika memang selama itu, saya sudah mengalaminya dua kali ini.”



“Sudah memeriksakannya lebih lanjut?”



“Tentu sudah. Dan kata dokter pribadi saya, saya hanya mudah capai saja.”



“Oh, semoga saja itu pula yang terjadi sekarang.” Ada nafas lega yang terhembus dari sosok ibu itu. “Kamu disini dulu ya? Tidak usah mengikuti rutinitas MOS untuk sementara.”



“Baik., emmm………….”



“Ana. Panggil saya Dokter Ana. Saya adalah dokter khusus untuk sekolah ini.”



Seperti mengerti jalan pikiranku saja Dokter Ana ini.



“Baik dokter…” Senyum manis pun meluncur begitu saja dari bibirku yang masih pucat.



Dokter Ana dan dua petugas PMR sekaligus asisten dari Dokter Ana telah menghilang di antara tirai biru setelah mereka berpamitan dan menyodorkan beberapa obat untukku setelah makan bubur yang telah panitia siapkan bagi mereka para junior yang mengalami hal seperti aku ini.



“Lya…. Kamu membuatku khawatir tauk…” Sapa memanja temanku setelah berada di sampngku kembali. “Dokter tadi bilang apa? Hufh, aku tadi disuruh keluar sama mereka. Mereka nggk ngapa-ngapain kamu khan?"



“Dasar Tiara, kamu ini. Ya jelas mereka pasti ngapa-gapain aku. Khan tadi lagi diperiksa.”



“Iya sih. Tapi khan kasihan kamu. Aku yang tahu kamu dan semua tentang tubuhmu itu.”



“Honey… Tenanglah, bukankah kau bilang aku aktris yang berbakat. Hhehe”



“Dasar keong..!! Hhaha.”



Walau baru sadar, tapi aku telah kuat untuk sekedar bercanda kembali dengan temanku yang begitu mengerti keadaanku. Yang ternyata dari tadi menungguiku, walaupun sebenarnya dia juga ada disini sebelumnya karena pinsan di kelas.



“Lya kamu tahu nggak? Tadi itu kamu di bopong sama cowok kelas sebelas lho! Kayaknya aktifis pecinta alam deh..” berpikir sejenak “Tapi, kok malah anak PA yang nolongin kamu?”



Pikiranku kembali mengulang rekaman itu. Kaos biru, biru laut menghanyutkan. Rasanya memang benar, rasanya aku pernah merasakan bopongan itu. Tapi, pertannyaan Tiara benar. Kenapa dia yang menolongku? Bukankah aku tadi…………………………



Ya!! Aku sedang menjalani hukuman di lapangan. Dan disana juga ada senior PA yang sedang berlatih. Bukankah wajar?



“Aku sempat sadar kok Ra ketika dibopong cowok itu. Kamu tahu namanya?” sambungku kemudian setelah mendapatkan kembali potret 1 menit dalam bopongan.



“Nah, aku juga nggak tahu Ya. Dia itu misterius banget. Habis naruh kamu di ranjang di langsung pergi gitu aja. Aku mana sempet lihat mukanya?? Aku dah histeris dulu kali lihat kamu pucet pasi.”



Ah, siapa dia? Kenapa dia seperti pangeran yang aku impikan? Menolong putri ketika membutuhkan. Apa tadi? Putri? Pikir apa aku ini? Memangnya pantas aku disamakan dengan sosok putri yang tangguh?



Mr. R . . . .



Aku pikir itu adalah sebutan indah untuk penolongku itu. Entah seperti apa sebenarnya wajahnya. Entah siapa nama sebenarnya. Tapi aku yakin inisialnya adalah ‘R’. karna aku sempat menemukan huruf itu di kaosnya.





“Mr.R”

Pangeranku, pahlawanku, dan juga penolongku ……………



(bersambung)



jangan lupa coment ya............? yang abru di tag di episode ini... jgan lupa baca episode yang lalu juga... hhehe

selamat berimajinasi.... :) jangan coba-coba jiplak ide ya....